Agama (Kepercayaan) Leluhur suku-suku di Indonesia



Agama atau aliran kepercayaan leluhur di Indonesia ini sepertinya banyak yg berkaitan karena ada beberapa nama yg mirip meski ceritanya berbeda di masing2 suku. Tapi sayangnya agama leluhur ini malah dijauhkan oleh orang2 asli Indonesia dan malah orang2 Indonesia lebih memilih mengikuti budaya luar yg diajarkan dari agama pendatang (Islam, Kristen/Katolik dll), bahkan ceritanya banyak diplintir atau dipalsukan oleh beberapa orang yg mencampurkannya dengan sejarah Islam. Yang membuat agama leluhur pudar ini adalah pemimpin2 agama pendatang (Islam, Kristen/Katolik dll) yg ceramahnya radikal dan ingin menghapus acara2 keagamaan para leluhur. Padahal semua agama ada kelebihan dan kekurangannya, para pemimpin agama sudah tau tapi menutupinya supaya jemaat/jamaahnya tidak meninggalkannya. JANGAN MERASA AGAMAMU PALING BENAR JIKA KAMU BELUM PERNAH BERTEMU DENGAN TUHAN (ALLAH). Harusnya suku asli yg masih menganut agama leluhur jangan mau dibilang dukun, karena nama dukun bisa menjelekkan agama leluhur yg nanti dikira banyak orang berhubungan dengan setan/iblis. Meskipun ajaran leluhur itu dianggap tidak masuk akal, tapi kita patut melestarikannya karena lewat ajaran leluhur-lah kita patut bersyukur bisa lahir dan hidup dengan damai.


Berikut ini ada beberapa ajaran leluhur :



1. Jawa

Suku Jawa ini dulunya menganut Kapitayan Budhi yang dianggap sebagai kepercayaan leluhur orang Jawa dan itu terdapat adanya perkumpulan Buddo Jawi Wisnu. Kapitayan ini terdapat dari kata taya yg berarti hampa/kosong dan Kejawen itu artinya Jawa yg terdapat di bahasa2 kuno. Diceritakan bahwa Dewa Tertinggi bernama Sang Hyang Adama mempunyai anak bernama Sang Hyang Sita, lalu Sang Hyang Sita mempunyai anak bernama Sang Hyang Nurcahya, selanjutnya Sang Hyang Nurcahya mempunyai anak bernama Sang Hyang Nurasa. Setelah itu Sang Hyang Nurasa mempunyai 4 putra yaitu Sang Hyang Dermaka, Sang Hyang Wenang, Sang Hyang Wening dan Sang Hyang Taha. Di antara ke 4 putra yg berpengaruh di pulau Jawa adalah Sang Hyang Wenang yg menikah dengan Dewi Sahoti dan tinggal di kahyangan Undar Andir Buwana. Mereka berdua mempunyai 4 anak bernama: Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang Hening/Nioya, Dewi Suyati dan Sang Hyang Heramaya. 

Sang Hyang Tunggal (Pikulun) menikah dengan Dewi Darmani yg tinggal di Kahyangan Alang Alang Kumitir yg mempunyai 3 anak yaitu Sang Hyang Rudra yg dijuluki Dewa Angkara, Sang Hyang Dewanjali dan Dewi Darmastuti. Namun Sang Hyang Tunggal meminta ijin kepada istri dan anaknya untuk bisa menguasai 3 dunia, makanya dia turun ke bumi dan bertapa di tepi pantai. Lalu ada kerajaan jin di dasar laut yg rajanya adalah seekor kepiting raksasa yg bernama Prabu Rekatama yg mempunyai putri bernama Dewi Rekatawati. Singkat cerita, Sang Hyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati, lalu mengandung anaknya dan saat lahiran ternyata keluar telur. Saat waktunya tiba, telur tsb pecah lalu kulitnya berubah wujud menjadi Sang Hyang Antaga/Tejo Mantri, lalu putihnya berubah wujud menjadi Sang Hyang Ismayana dan kuningnya berubah wujud menjadi Sang Hyang Manikmaya.


Lalu Sang Hyang Tunggal (Wenang) mengadakan sayembara kepada 3 anaknya yaitu barangsiapa yg bisa menelan dan mengembalikan gunung Siyem maka dia menjadi penguasa kadewatan. Sang Hyang Antaga/Tejo Mantri melebarkan mulutnya supaya bisa menelan gunung Siyem yg ternyata gagal hingga mulutnya dower selamanya yg akhirnya dikenal dengan nama Togog, lalu giliran Sang Hyang Ismayana yg ternyata bisa menelannya tapi tidak bisa mengeluarkannya, makanya perutnya membesar selamanya yg akhirnya dikenal dengan nama Semar. Yang terakhir yaitu Sang Hyang Manikmaya ini ternyata bisa menelan dan mengeluarkan dengan sempurna yg akhirnya menjadi pemenangnya dan namanya dikenal sebagai Bathara Guru. Lalu Togog dan Semar akhirnya bertugas sebagai penasehat para Raja yg ada di bumi atau pulau Jawa. Semar hidup sampai 1000 thn dan menikah dengan Dewi Kanistri di kahyangan.


Togog yg dianggap sial karena dia menjadi penasehat Raja2 yg sombong, keras kepada, otoriter dsb, bahkan nasehat2 baik dari Togog jarang di dengar oleh Raja2nya. Sedangkan Semar yg lebih beruntung karena mengasuh para Ksatria baik hati yg mempunyai 3 anak didik yaitu Gareng, Petruk dan Bagong. Tempat petilasan Semar bisa dikunjungi di Klampis Ireng (Ponorogo) dan mungkin ada juga di tempat lain. Namun menurut versi Jawa, Semar ini mengasuh Pandawa Lima yg dikisahkan di Mahabharata yg berbeda dengan versi India. Di Majapahit, seorang pendeta bernama Sabdo Palon ini ternyata dianggap sebagai Semar, yg menasehati Raja Majapahit yaitu Prabu Brawijaya V. Namun datangnya Islam ke tanah Jawa membuat Sabdo Palon marah hingga akhirnya membuat janji selama 500 thn supaya orang Jawa balik ke asalnya, kalau tidak nanti banyak malapetaka yg datang. Ada beberapa suku Jawa yaitu di Jawa Timur ada suku Tengger yg dianggap masih mencintai ajaran leluhur Jawa, lalu suku Osing yg terletak di Banyuwangi dan sekitarnya. Ada suku Bawean yg berada di pulau kecil yg bernama sama dan suku Samin yg berada di wilayah Jawa Tengah, serta ada perpaduan Jawa-Sunda di sekitar wilayah Tegal. Samin Surosentiko menciptakan aliran kepercayaan sendiri yg diambil dari namanya yg dilakukan untuk melawan penjajahan Belanda di akhir era 1800an sampai awal 1900an. Kitab dari agama Samin ini bernama Serat Jamus Kalimosodo dan kebanyakan orang2 Samin ini ada di daerah Blora (Jawa Tengah).



2. Sunda

Suku Sunda ini dulunya menganut agama Sunda Wiwitan yg dan orang2 asli Banten lebih suka disebut orang "Kanekes" yg bisa kita lihat di lingkungan orang2 Baduy. Sang Penguasa Alam Semesta menurut agama Sunda Wiwitan bernama Sang Hyang Kersa yg disebut juga Bathara Tunggal dan banyak juga sebutannya, antara lain: Nu Ngersakeun, Bathara Jagat dan Bathara Seda Niskala. Ada 3 alam menurut ajarannya yaitu yg diatas dinamakan Buana Nyungcung yg merupakan tempat tinggalnya Sang Hyang Kersa, lalu di tengah dinamakan Buana Panca Tengah yg merupakan tempat tinggal manusia, hewan, tumbuhan dll dan di paling bawah dinamakan Buana Larang yg biasa kita sebut neraka. Sang Hyang Kersa menciptakan 7 Bathara sakti di Sasaka Pusaka Buana.

Ke 7 Bathara antara lain: Bathara Guru, Bathara Iswara (Siwa), Bathara Wisnu, Bathara Brahma, Bathara Kala, Bathara Mahadewa dan Bathara Pantajala yg dianggap cikal bakal orang2 Sunda menurut orang2 Baduy, lalu ke 3 Bathara akhirnya menjadi Dewa Tertinggi di agama Hindu menurut versi ajaran Sunda. Namun ada persamaan antara Jawa dan Sunda yaitu kisahnya Bathara Guru, Semar Badrayana dan Togog Wijomantri. Namun ada beberapa yg berbeda yaitu Semar Badrayana mempunyai istri bernama Dewi Sutiragen (Sudiragen) yg merupakan putri dari kerajaan Sekarnumbe. Mereka berdua dikaruniai 3 anak yaitu Cepot yg dikenal sebagai Astra Jingga, Dawala yg dikenal sebagai Udel dan Gareng. Menurut versi Jawa Cepot ini bernama Bagong, sedangkan Dawala ini bernama Petruk.


Cepot ini orangnya humoris, tapi disisi lain dia sering memberi nasehat dan kritikan yg sangat mengena, tapi dia mengikuti kemana Semar Badrayana pergi. Kalau Dawala setia mengikuti kakaknya yaitu Cepot, sedangkan Gareng lebih suka membantu ibunya di rumah. Di versi Sunda ceritanya hampir mirip dengan versi Jawa yaitu Semar Badrayana juga berhubungan dengan kisahnya Ramayana dan Mahabharata. Togog Wijomantri bersama Sarawita (Bilung) meninggalkan Semar menujut ke wilayah barat. Di wilayah Jawa Barat ini banyak kerajaan juga yg dikenal dengan wilayah Pasundan. Bahkan ada situs yg sangat kuno di Cianjur yg dinamakan Gunung Padang yg sejarahnya masih penuh dengan misteri dan dikatakan berdiri lebih dari 1000 thn mengalahkan piramida Sphinx dari Mesir. Suku Sunda terdiri dari 2 suku dan salah satunya suku Baduy yg ada di wilayah Banten. 



3. Batak

Suku Batak dulunya menganut agama Parmalim yg sampai sekarang masih ada di sekitar pulau Samosir. Diceritakan pada dahulu kala Sang Pencipta Alam Semesta bernama Mulajadi Nabolon yg memberikan petunjuk kepada Manuk Hulambujati bagaimana caranya 'mengerami' telurnya hingga akhirnya lahir 3 anak laki2 yaitu Bathara Guru, Soripada dan Mangala Bulan yg ke 3-nya dikenal dengan sebutan Debata Sitolu-Sada atau Debata na Tolu. Manuk Hulambujati ingin memberikan pasangan hidup kepada 3 anaknya dengan mengerami 3 bambu hingga terciptalah 3 sosok perempuan yg bernama Si Boru Porti Bulan (Parmeme), Si Boru Malimbin Dabini (Parorot) dan Si Boru Anggarana (Panuturi). Bathara Guru menikah dengan Si Boru Porti Bulan, Soripada menikah dengan Si Boru Malimbin Dabini dan Mangala Bulan menikah dengan Si Boru Anggarana.


Semua pasangan melahirkan 4 anak, antara lain: Bathara Guru dengan Si Boru Porti Bulan melahirkan Mulangsota (Tuan Sori Mahummat), Mulangsoti (Datu TB Guru Mulia), Siboru Sorbajati dan Siboru Deakparujar. Lalu Soripada dengan Si Boru Malimbin Dabini melahirkan Sorimatinggi, Sorimatonga (Raja Endaenda), Siboru Nan Bauraja dan Siboru Narudang. Sedangkan Mangala Bulan dengan Si Boru Anggarana melahirkan Raja Odapodap, Raja Padoha (Dipampat TS), Siboru Siniangnaga dan Siboru Leang Nagarusta. Setelah mereka dewasa, Mulajadi Nabolon membuat aturan yaitu putra Bathara Guru harus menikahi putrinya Soripada, lalu putra Soripada harus menikahi putrinya Mangala Bulan, sedangkan putra Mangala Bulan harus menikahi putrinya Bathara Guru. Lalu terjadi masalah besar ketika Raja Odapdap ternyata buruk rupa yg wajahnya mirip kadal.


Siboru Sorbajati menolak keras dan dia menari tortor sampai kesurupan, lalu Siboru Deakparujar tidak mau juga sebagai penggantinya. Lalu Mulajadi Nabolon menciptakan bumi menurunkan Siboru Deakparujar dan disusul juga oleh Raja Odapdap. Lalu Siboru Deakparujar ketakutan akan diberi kutukan dan bersedia menikahi Raja Odapdap hingga lahirlah Siraja Ihat Manisia dan Siboru Itam Manisia yg diibaratkan sebagai Adam dan Hawa. Lalu mereka berdua melahirkan Raja Miok-miok, Patundal Na Begu dan Si Aji Lapas-lapas. Keturunan dari Raja Miok-miok inilah dianggap cikal bakal suku Batak, Nias dan Aceh, sedangkan Patundal Na Begu dan Si Aji Lapas-lapas pergi ke luar negeri dengan melahirkan orang2 Eropa, Afrika, China dll. Raja Miok-miok mempunyai anak bernama Raja Tantan Debata yg ketika tumbuh besar, Raja Tantan Debata mempunyai anak bernama Si Raja Batak. Suku Batak terdiri dari Toba, Mandailing, Simalungun, Karo, Pakpak/Dairi dan Angkola. Suku Nias sebenarnya merupakan bagian dari Batak, namun kebanyakan tidak mengakuinya dan merasa berbeda. Karena suku Nias memiliki agama sendiri yg dinamakan Fanomba Adu yg menyembah Dewa Lowalangi yg menciptakan alam semesta ini. Selain Nias, suku Batak Karo juga mempunyai agama sendiri yg mereka namakan Pamena yg menyembah Dibata. Dan Dibata dibagi menjadi 3 yaitu Dibata Datas yg disebut Guru Bathara yg memiliki kekuasaan di luar angkasa, lalu ada Dibata Tengah yg disebut Tuhan Padukah ni Aji yg berkuasa di bumi ini dan yg terakhir Dibata Teruh yg disebut Tuhan Banua Koling yg memerintah di dunia bawah.



4. Madura


Dulu orang banyak bertanya apa ada agama asli suku Madura?, karena mereka meyakini bahwa Islam adalah agama asli mereka, padahal semua orang pasti tahu bahwa Islam itu aslinya di tanah Arab. Tapi jika dilihat dari sejarahnya, suku Madura ini masih berkaitan dengan kerajaan Jawa. Ceritanya berawal dari Kerajaan Medang Kamulan yg dipimpin oleh Raja bernama Prabu Sang Hyang Tunggal yg mempunyai putri cantik jelita bernama Dyah Cendrawati. Saking cantiknya, banyak sekali pangeran dan raja di tanah Jawa yg ingin mempersuntingnya. Dyah Cendrawati menolak karena masih pingin sendiri, tapi suatu ketika Dyah Cendrawati hamil tanpa berhubungan dengan laki2. Prabu Sang Hyang Tunggal sangat marah besar dan menyuruh patihnya yaitu Pranggulang membunuh putrinya yg kabur ke hutan dengan kerisnya. Patih Pranggulang menusuk kerisnya berkali2 ke perut Dyah Cendrawati yg sedang hamil dan tidak mempan. 

Patih Pranggulang frustasi, lalu membuat perahu kecil untuk membawa putri Dyah Cendrawati. Mereka berlayar di pulau kosong tak berpenghuni dan disana putri Dyah Cendrawati melahirkan seorang putra bernama Raden Segoro, lalu putri Dyah Cendrawati merubah namanya menjadi Bendoro Gung. Pulau yg dihuni oleh Bendoro Gung dan Raden Segoro akhirnya dikunjungi oleh banyak orang seperti dari suku Bugis, Mandar dsb. Mereka menamai pulau itu Madu Oro atau Lemah Duro yg mengartikan bahwa Patih Pranggulang membangkang kepada titah Raja karena tidak membunuh putrinya hingga disebut Madura. Di dalam sejarah diceritakan bahwa dulunya orang Madura menganut agama Hindu dan Budha dengan adanya Candi di Pamekasan. Namun ternyata ada beberapa orang Madura yg masih mempertahankan agama Hindu dan mereka mengungsi ke desa Bongso Wetan (Gresik). Orang2 Madura di Bongso Wetan inilah yg masih mempertahankan tradisi asli budaya Madura. Penamaan suku Madura kebanyakan berdasarkan nama tempat tinggalnya karena banyak sekali orang Madura di wilayah Jawa Timur seperti Pasuruan, Jember, Bondowoso, Situbondo, Probolinggo dll.



5. Dayak

Suku Dayak ini menganut agama Kaharingan yg akhirnya sama pemerintah Indonesia dimasukkan ke dalam kelompok agama Hindu. Sang Pencipta Alam Semesta bernama Ranying Hatalla Langit yg mempunyai nama panjang Ranying Pohotara Raja Tuntung Matanandau Kanaruhan Tambing Kabanteran Bulan. Ranying Hatalla Langit tinggal di Balai Bulau Napatah Intan Balai Intan Napatah Bulau yg terletak di bukit Bulau Kagantung Gandang Kereng Rabia Nunjang Hapalangka Langit yg dikelilingi perairan yg bernama Tasik Malambung Bulau Laut Bapantang Hintan. Ranying Hatalla Langit memiliki banyak pembantu yg diciptakan dari cahaya sebelum adanya alam semesta dan manusia. Para pembantu Ranying Hatalla Langit menyelesaikan banyak masalah di dunia nyata dan pembantunya diberi tempat tinggal dan tugas yg khusus seperti yg diperintahkan oleh Ranying Hatalla Langit. Pembantu2 tsb bernama: Putir Selung Tamanang dan Raja Angking Langit yg menjadi penguasa padi atau beras, lalu Nyaru Menteng, Nayu dan Pangantoha menjadi penguasa perang, angin, petir dan api serta menjaga keselamatan suku Dayak.

Lalu Janjalung Tatu Riwut dan Gambala Rajan Tanggara menjadi penguasa angin, lalu Raja Tuntung Tahaseng mengatur nafas dan usia manusia serta menjadi jembatan antara manusia dengan Ranying Hatalla Langit, lalu Tamanang Tarai Bulan ini bertugas merawat harta duniawi, lalu Raja Sapanipa ini bertugas mengawasi, memelihara dan memperbaiki manusia yg hidupnya kurang beruntung, lalu Raja Mise Andau ini dianggap sebagai pengendali waktu, lalu Raja Tunggal Sangumang ini bertugas membawa rejeki, iman dan kesempurnaan, lalu Rawing Tempun Telung bertugas mengantar roh ke surga, lalu Manteri Mama Luhing Bungai, Salutan Raja Nalawang Bulau bertugas memberi hikmat dan kebijaksanaan dan Raja Sambang Maut yg berkuasa atas maut. Ranying Hatalla Langit menciptakan alam semesta dan seisinya yg disebut Hintan Kaharingan. Sebelum menciptakan manusia, Ranying Hatalla Langit menciptakan 7 Raja yg akan membantu menyebarkan ajarannya dan ke 7 Raja yaitu: Raja Mandurut Untun, Raja Mandurut Bulau, Raja Barakat, Raja Angking Penyang, Raja Garing Hatung, Raja Panimbang Darah dan Raja Tamanang. 


Beberapa orang mengatakan ajaran dari agama Kaharingan mirip dengan ajaran agama Hindu, tapi bedanya kalau agama Kaharingan kitabnya bernama Panaturan, sedangkan agama Hindu adalah Weda. Cerita dari agama suku Dayak tsb diambil dari kepercayaan Suku Dayak Ngaju (Biaju). Beberapa pengamat sejarah mengatakan bahwa suku Dayak dan suku asli Amerika yaitu Indian ini sepertinya mempunyai hubungan yg sangat erat. Karena dilihat dari kesamaan budayanya, pakaiannya, tari2annya, banyak tato, bulu burung elang dll. Banyak sekali bagian dari suku Dayak antara lain suku: Abai, Bakati, Dusun, Kenyah, Benuah, Bidayuh, Bentian, Bukit, Paser, Kutai, Punan dsb. Suku Dayak Kadazadusun ini yg terletak di perbatasan Malaysia ini mempunyai agama sendiri yg mereka namakan Momolianisme yg menyembah Kinoingan sebagai Tuhan. Selain itu agama Momolianisme ini mempercayai banyak roh2 seperti Dewi-dewi (makhlus halus tertinggi), Rusod (roh di semua benda kecuali manusia), Kodudowo (roh manusia), Tombiruo (roh orang mati) dan Rogon (roh jahat). Selain itu ada Bambaazon yg dikenal sebagai roh sumber makanan.



6. Bugis

Suku Bugis ini dulunya menganut agama Towani Tolottang yg akhirnya agama tsb digolongkan dan masuk ke agama Hindu. Sang Penguasa Alam Semesta bernama Dewata SeuwaE yg mempunyai gelar PatotoE yg dipercayai sebelum thn 1500an oleh suku Bugis dan mereka punya kitab suci yg bernama LaGaligo. Diceritakan bahwa PatotoE tidur terlelap, sementara 3 pengikutnya yg bernama Rukkelleng, Rumma Makkapong dan Sangiang Jung yg dipercaya untuk menjaganya malah pergi mengembara ke alam lain. Lalu ketiganya sampai ke bumi dan dilihatnya masih kosong, lalu ke 3 dewa tsb menceritakannya ke PatotoE. Lalu PatotoE berunding dengan istrinya yg bernama Datu Palinge beserta seluruh pimpinan di negeri kahyangan dan mereka berdua setuju dengan mengutus Bathara Guru (Tomanurung) turun ke bumi. Bathara Guru merasa kesepian berada di bumi, lalu dia meminta teman hidup yg mau mendampinginya tinggal di bumi.

Lalu akhirnya  I Nyili Timo putri dari Riseleang diturunkan ke bumi dan menikah dengan Bathara Guru. Lalu lahirlah seorang putra bernama Batara Lettu yg kemudian dinikahkan oleh Datu Sengngeng putri dari Leurumpesai. Lalu lahirnya seorang putra bernama Sawerigading dan seorang putri bernama  I Tenriabeng. Ketika sudah besar, Sawerigading menikah dengan putri Raja dari Cina yg bernama I Cu Dai dan melahirkan anak bernama Lagaligo. Pada masa pemerintahan Sawerigading, rakyat Bugis damai, makmur dan tentram, tapi ketika Sawerigading meninggal dunia akhirnya menjadi kacau balau. Terjadi banyak pembunuhan dan itu membuat PatotoE marah hingga akhirnya mengosongkan bumi dan akhirnya diisi lagi oleh manusia generasi ke 2. Dari manusia generasi ke 2 inilah, rakyat Bugis akan meneruskan ajaran Dewata SeuwaE yg diturunkan sebagai wahyu kepada seseorang yg bernama La Panaungi.


La Panaungi mengajarkan tentang agama Towani Tolottang yg tetap menyembah kepada Dewata SeuwaE sang pencipta alam semesta. Tapi memasuki thn 1666, agama Islam masuk ke tanah Bugis dan konon katanya suku asli Bugis yg menganut agama Towani Tolottang akan diusir jika tidak mau masuk ke agama Islam. Dan sekarang ini keberadaan suku asli Bugis yg masih menganut agama Towani Tolottang ini bisa dikatakan sedikit, karena banyak sekali keturunan Bugis sudah beralih ke agama Islam dan banyak juga yg melupakan ajaran leluhurnya. Yang masih menganut agama Towani Tolottang itu sekarang bermukim di daerah Kabupaten Sidrap yg berada di Sulawesi Selatan. Orang2 suku Bugis asli tidak mau agama Towani Tolottang dibilang aliran kepercayaan, makanya bergabung dengan agama Hindu yg akhirnya dinamakan Hindu Tolotang.



7. Papua

Di Papua ini banyak sekali suku seperti suku Dani, Korowai, Amungme dsb serta ternyata kepercayaannya berbeda-beda, makanya saya pilih suku yg paling banyak di Papua saja yaitu suku Asmat. Diceritakan bahwa suku Asmat dulunya percaya tinggal di teluk Flamengo yg dihuni pertama kali oleh seorang dewa bernama Fumuripitis. Menurut legenda suku Asmat, Fumuripitis adalah manusia pertama di tanah Asmat yg terdampar di pantai dalam keadaan sekarat dan tak sadarkan diri. Namun akhirnya nyawa Fumuripitis diselamatkan oleh sekelompok burung ajaib hingga akhirnya nyawanya bisa tertolong dan bangkit lagi. Lalu Fumuripitis merasa kesepian dan akhirnya membuat ukir2an patung dari kayu yg berjumlah puluhan dan sambil bernyanyi serta menari dengan diiringi suara dari alat musik tifa. Tiba2 puluhan patung tsb menjadi hidup dan akhirnya berubah menjadi manusia yg akhirnya menciptakan rumah bujang manusia pertama yg dinamakan Jew.

Menurut suku asli Asmat, patung2 yg dibuat oleh Fumuripitis inilah yg dianggap melahirkan orang2 dari suku Asmat. Fumuripitis menlanjutkan mengembara ke pesisir selatan Papua dan kembali memahat patung yg nantinya menjadi manusia. Keturunan2 dari Fumeripits inilah dinamakan wow-ipits atau wow iwir, makanya sampai sekarang patung dianggap sakral oleh suku Asmat. Suku Asmat percaya bahwa manusia sekarang ini tinggal bersama beberapa macam roh, yaitu: Yi-ow (roh nenek moyang yg baik), Osbopan (roh jahat) dan Dambin-Ow (roh jahat yg mati konyol). Suku Asmat percaya bahwa manusia sebelum memasuki surga, arwahnya akan mengganggu manusia dan gangguannya bisa semacam penyakit, bencana atau perang. Makanya demi menyelamatkan manusia, maka suku Asmat membuat patung sambil menggelar pesta untuk arwah tsb. Makanya suku Asmat mengenal 3 konsep yaitu Ow Capinmi (alam kehidupan manusia), Dampu ow Capinmi (alam persinggahan roh yg meninggal) dan Safar (surga). 


Suku Asmat sangat percaya dengan kekuatan2 magis dan juga adanya roh2 setan. Lalu datanglah misionaris Kristen dari Jerman yg menyebarkan agama Kristen di Papua di sekitar thn 1855 yg membuat banyak orang Papua pindah keyakinan ke agama Kristen. Dan itu membuat orang2 suku Asmat yg masih menganut kepercayaan leluhur menyingkir ke pesisir pantai dan ada juga yg di pedalaman. Menurut beberapa sejahrawan mengatakan bahwa orang2 Papua dan orang2 Aborigin dari Australia ini masih ada hubungannya karena banyak persamaannya. Mungkin orang2 Papua dan Aborigin terpisah ribuan tahun ketika mereka sama2 meninggalkan pulau Afrika yg akhirnya budayanya menjadi agak berbeda tapi tetap ada kesamaan. Diantara semua pulau di Indonesia, Papua lah yg paling banyak sukunya, antara lain: Asmat, Dani, Amungme, Korawai, Muyu, Biak, Ansus, Ayamaru, Bauzi, Empur, Nafri, Baso, Babe, Aywi, Sowei, Komoro, Taori, Yali dsb. Suku Biak memiliki agama yg sendiri yg dinamakan Wor yg percaya akan Dewa2 seperti Nanggi yaitu Dewa langit dan surga, lalu Mansren Manggundi yaitu Penguasa Tunggal, Karwar yaitu roh leluhur/kematian, Dabyor yaitu roh yg menguasai gunung dan sungai, lalu Arbur yaitu roh halus yg mendiami pohon dan terakhir Faknik yaitu roh yg mendiami lautan.



8. Flores

Di Flores juga sama seperti Papua yaitu banyak suku seperti Ende, Ngada, Riung, Nage-Keo dll serta kepercayaan yg sepertinya berbeda juga, makanya saya pilih suku yg paling banyak di Flores saja yaitu suku Lio. Sang Pencipta Alam Semesta menurut suku Lio bernama Du'a Ngga'e, lalu Nitupa'i (roh halus) dan atamata/babo memo (leluhur) harus dihormati oleh orang2 suku Lio. Suku Lio sangat percaya kepada ilmu gaib (supranatural) dan percaya kepada roh2 leluhur yg sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka. Suku Lio jaman dahulu kala mengajarkan 3 hal yaitu: 1. vertikal ke atas antara manusia dengan Du'a Ngga'e, 2. horisontal (sejajar) antara manusia dengan sesamanya yg dinamakan Babomamo dan 3. vertikal ke bawah antara manusia dengan hewan/tumbuhan yg dinamakan Tanawatu. 

Di acara2 keagamaan suku Lio biasanya ada sesajen atau sajian2 yg dihidangkan untuk para roh leluhur. Agama kepercayaan dari suku Lio ini ditelusuri ada sekitar ribuan thn yg lalu yaitu diperkirakan udah ada di jaman megalitikum 2000-3000 thn yg lalu. Namun ada beberapa yg meyakini bahwa suku Lio ini berasal dari seberang lautan yg sangat jauh yaitu di Indocina. Mereka datang menggunakan perahu dan menetap di pulau Nusa Tenggara Timur melalui Aewora. Lalu Raja dari suku Lio yaitu Pius Rasi Wangge menganut agama Katolik pada jaman penjajahan Belanda dan akhirnya banyak orang dari suku Lio pindah ke agama Katolik. Namun beberapa orang Lio masih ada yg menganut agama2 kepercayaan leluhurnya, meskipun ada beberapa adatnya di hilangkan karena ada yg tidak sesuai dengan ajaran agama Katolik.



9. Maluku (Ambon)

Di Maluku juga sama seperti Papua dan Flores yaitu banyak suku Manusela, Alune, Nualu, Wemale dsb serta kepercayaan yg sepertinya agak berbeda juga, makanya saya pilih suku yg tertua di Ambon saja yaitu suku Alifuru. Sejarah suku Ambon dimulai di Gunung Nunusaku yg ada di pulau Seram (Maluku) menurut suku2 disana. Nunusaku adalah tempat suci yg dianggap pusat dunia dan tanah pertama yg muncul dari permukaan laut ketika dunia baru diciptakan. Lalu ada pohon beringin yg cabangnya menjadi 3 sungai yaitu Eti, Tala, dan Sapalewa serta ada 3 ekor burung merpati yg hinggap di 3 cabang tsb. Banyak versi yg berbeda2 tentang Nunusaku yg sebenarnya terdiri dari 2 suku kata yaitu nunu=beringin dan saku=perlindungan. Menurut cerita rakyat kuno, semua manusia purba tinggal di Nunusaku hingga akhirnya terjadilah pertengkaran besar yg dinamakan Heka Nunusaku.

Lalu menurut versi lain yaitu manusia pertama yg tinggal di Nunusaku adalah Yale yg merupakan Dewa Matahari yg berkulit hitam dengan istrinya yg bernama Nibela berkulit putih. Lalu mereka berdua membuat 2 kapal dan ternyata kapal mereka terpisah hingga akhirnya kapal Yale kandas di Nunusaku yg akhirnya menjadi leluhur suku Ambon, sedangkan kapal Nibela berlayar sampai benua Eropa dan akhirnya lahirlah orang2 Eropa berkulit putih. Namun bangsa Portugis dan Arab sama2 menyebarkan agama Kristen/Katolik dan Islam di Maluku hingga akhirnya banyak orang Ambon mulai menganut agama baru. Maluku pulaunya kecil tapi orang2 Ambon paling banyak menyebar di seluruh pulau yg ada di Indonesia karena banyak yg suka berlayar dan marganya paling banyak juga. Banyak juga orang Ambon menjadi tentara Belanda yg dinamakan KNIL yg akhirnya menetap disana dengan mendirikan Republik Maluku Selatan (RMS). Ada juga agama Naurus di Maluku yg menyembah Allahatala yg dianggap sebagai Tuhan dan ada juga nama2 lainnya seperti Rabie, Hainuwele dan Naga. Agama Naurus ini sepertinya dipengaruhi oleh agama Hindu yg dulu menyebar di seluruh pelosok Indonesia.



10. Bali

Menurut beberapa penelitian, Bali sudah ditinggali oleh manusia purba sejak thn 45.000 SM dan ada juga yg mengatakan bahwa bangsa Austronesia sekitar thn 2.000 SM sudah ada di Bali. Nama Bali diambil dari nama kerajaan Bali Dwipa atau "Walidwipa" yg ditulis oleh Sri Kesari Warmadewa di thn 914. Sri Kesari Warmadewa merupakan raja dari dinasti Syailendra yg datang ke pulau Bali di thn 882-913 yg mendirikan kerajaan Bedahulu yg saat itu beragama Budha. Salah satu tokoh yg terkenal di Indonesia yg mempererat hubungan Bali dengan Jawa adalah sosok Airlangga yg ayahnya Raja dari kerajaan Bedahulu (Bali) dan ibunya adalah putri dari kerajaan Medaeng (Jawa Tengah) di thn 1000. Namun ketika Majapahit berhasil mengalahkan kerajaan di Bali, disinilah masuknya agama Hindu yg tersebar luas di Bali bahkan sampai ke pulau Lombok.

Ketika Majapahit hancur, orang2 Jawa banyak yg pindah ke agama Islam tapi banyak juga orang Jawa yg ingin mempertahankan agama Hindu dan mereka melarikan diri ke Bali dan juga ke Tengger (dekat Gunung Bromo) yg dulunya tak tersentuh oleh orang2 dari luar karena tertutupi hutan. Bali dianggap satu2nya pulau yg orang2nya mewariskan budaya Jawa jaman dulu dengan mempertahankan agama Hindu secara turun temurun. Tapi agama Hindu di Bali dan India banyak perbedaan baik dari segi adat, pakaian, makanan, perayaan hari suci dsb. Hindu di Bali lebih sopan karena ada perpaduan Hindu-Budha di dalamnya, tapi yg disembah sama seperti umat Hindu lainnya di India yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa. Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yg paling banyak dikunjungi oleh turis2 asing karena keindahan alam dan adatnya. Kalau di Bali, Sang Maha Pencipta Alam Semesta bernama Ida Sang Hyang Widhi Wasa yg menjadi 3 Dewa Tertinggi di alam semesta yaitu Dewa Brahma, Dewa Wishnu dan Dewa Siwa.



11. Minangkabau

Menurut beberapa buku kuno menceritakan bahwa, pada jaman dahulu kala ada kerajaan yg bernama Malayu yg berada di daerah Minanga (lokasinya berada di sungai kampar atau batanghari) di sekitar thn 645. Belum diketahui pasti agama yg dianut semasa kerajaan Malayu, namun dapat disimpulkan bahwa sepertinya mereka memeluk agama Budha, jika dilihat banyaknya kerjasama antara kerajaan Malayu dengan kerajaan di Cina. Selain kerajaan Malayu, sebenarnya banyak sekali kerajaan2 yg berdiri di Sumatera Barat, antara lain: Koto Alang, Siguntur, Pasumayan Koto Batu, Indrapura dan Pagaruyung. Namun di sekitar thn 1513, agama Islam menyebar dengan cepat melalui Syekh Burhanuddin di Sumatera Barat. Dan akhirnya kerajaan Pagaruyung berubah menjadi kesultanan di sekitar thn 1600an, dikarenakan semua penduduknya beragama Islam. Selain pengaruh dari Budha, ada juga pengaruh dari agama Hindu dikarenakan kedekatan raja Adityawarman dengan kerajaan Majapahit dan raja Adityawarman merupakan raja dari kerajaan Dharmasraya yg berada di Sumatera Barat.



12. Kerinci dan Kubu

Suku Kerinci ini berada di gunung Kerinci yg terletak di Jambi dan dulunya mempunyai ajaran leluhur sendiri sebelum diubah oleh agama Islam. Jaman dahulu kala, suku Kerinci percaya adanya kekuatan lain yg mengendalikan bumi ini. Mereka menamakan Peri sebagai penguasa angin dan udara yg tinggal di langit, lalu Mambang sebagai penguasa air yg tinggal di laut dan juga sebagai penguasa hujan, lalu yg terakhir adalah Dewo yg merupakan penguasa tanah dan hutan yg tinggalnya di pegunungan. Makanya sampai sekarang suku Kerinci masih mempercayai bahwa roh dari para leluhur akan melindungi mereka. Selain suku Kerinci, suku Kubu yg dikatakan suku Anak Dalam ini sampai sekarang masih terlihat primitif dan masih mengikuti ajaran leluhurnya. Suku Kubu ini mempercayai akan penguasa2 angin, air, udara dan tanah, selain itu mereka percaya bahwa roh dari orang yg meninggal dunia akan langsung kembali ke surga dan diterima langsung oleh Raja Nyawa. 



13. Akit dan Sakai

Suku Akit ini berada di Riau yg pada jaman dahulu kala mempercayai adanya roh halus dan kekuatan gaib yg ada di alam semesta ini. Karena suku Akit maih percaya ketika ada salah satu hari yg tidak boleh melakukan kegiatan apapun karena akan tertimpa kesialan nantinya. Selain percaya animisme, sebenarnya ajaran agama Budha masuk terlebih dahulu, makanya dulu suku Akit sering memasang patung Budha di depan rumahnya. Kemungkinan pengaruh Budha ini berasal dari kerajaan Sriwijaya. Suku Akit masih mempercayai adanya pohon keramat dengan memberikan sesajen dan menggunakan mantra2. Kalau suku Sakai ini mendiami di Kepulauan Riau yg nama Sakai itu mempunyai arti anak2 yg hidup di sungai. Suku Sakai pada jaman dahulu kala masih mempercayai makhluk gaib dan masih melakukan ritual2 akan adanya kelahiran dan kematian. Beberapa media mengatakan suku Sakai ini berasal dari kerajaan Pagaruyung (Sumatera Barat) yg memutuskan pindah ke Kepulauan Riau.



14. Komering dan Pasemah

Suku Komering dan Pasemah ini berada di Sumatera Selatan dan kita pasti tahu akan kehebatan kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan yg hampir menguasai pulau Sumatera. Selain menguasai pulau Sumatera, pasukan Sriwijaya juga menjelajah sampai ke Filipina, Burma, India, Kamboja, Persia dan beberapa negara di Arab. Bahkah kerajaan Sriwijaya juga menjelajah di benua Afrika dan salah satunya Madagaskar yg dikuasai oleh Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya disebut sebagai kerajaan maritim terbesar di Indonesia saat itu dan juga menjadi pusat perdagangan di benua Asia. Dan harus kita ketahui bahwa kerajaan Sriwijaya itu sangat kental dengan ajaran agama Budha, makanya candi Borobudur itu dibuat oleh salah satu keturunan raja Sriwijaya. Bahkan benteng dari kerajaan Sriwijaya dikelilingi sebanyak 1.000 biksu Budha. Kerajaan Sriwijaya berdiri di thn 670 dan akhirnya runtuh setelah diserbu oleh kerajaan Chola dari India di thn 1377. Tak lama kemudian kerajaan Sriwijaya hancur, setelah itu masuknya agama Islam mengubah semua ajaran yg ada di Sumatera Selatan. 



15. Banjar

Di thn 1380, di Kalimantan Selatan berdiri kerajaan yg bernama Negara Dipa yg menganut agama Shiwa-Budha dan tentunya hampir semua penduduknya bersuku Banjar. Raja dari kerajaan Negara Dipa bernama Ampu Djatmaka dan kerajaan tsb dikuasai oleh kerajaan Kuripan yg berada di Kalimantan juga. Namun di thn 1437, kerajaan Majapahit datang dan menguasai kerajaan Negara Dipa setelah kematian raja Ampu Djatmaka. Keruntuhan kerajaan Majapahit membuat agama Islam semakin merajalela di Indonesia dan termasuk juga ke dalam wilayah Kalimantan Selatan. Masuknya Islam mengubah tata cara dan adat istiadat dari suku Banjar yg sebelumnya menganut ajaran Shiwa-Budha. Hingga berdirinya Kesultanan Banjar di thn 1520 dan sejak saat itu sampai sekarang ini orang2 Banjar banyak yg memeluk agama Islam. Menurut sejarah, secara genetik bahwa suku Banjar itu masih ada hubungannya dengan salah satu suku Dayak, bahkan orang2 dari Madagaskar yg berada di benua Afrika itu ternyata kebanyakan dari suku Banjar. 



16. Tidung dan Berau

Suku Tidung dan Berau ini dikategorikan termasuk suku Melayu yg berada di wilayah Kalimantan Utara dan Timur, tapi menurut beberapa sumber sejarah yg mengatakan bahwa suku Tidung sebenarnya ada keturunan dari salah satu suku Dayak. Di sekitar thn 1076, berdirilah kerajaan Tidung Kuno yg saat itu belum ada agama Islam. Bahkan ada cerita rakyat yg dinamakan tragedi Menjelutung, tapi semuanya berubah ketika agama Islam mulai masuk ke Kalimantan Utara sekitar thn 1557, hingga mengubah sistem kerajaan menjadi kesultanan. Suku Tidung ini memang wilayahnya berdekatan dengan Serawak yg merupakan bagian dari negara Malaysia. Lalu suku Berau ini dikatakan hampir sama dengan suku Melayu dan juga adanya Kesultanan Berau yg menjadi salah satu buktinya. Namun populasi suku Berau di Kalimantan Timur tidak begitu banyak.



17. Minahasa

Suku Minahasa ini kebanyakan berada di wilayah Sulawesi Utara dan mempunyai agama asli yg bernama Tonaas Walian. Menurut kepercayaan suku Minahasa, pemimpinnya terdiri dari 2 yaitu Tonaas dan Walian. Walian itu artinya mengantar jalan bersama2 dan memberi perlindungan, sedangkan Tonaas itu nama pohon kayu yg sangat besar di Sulawesi. Menurut beberapa sumber berita, Dewa2 di Toumbulu mempunyai sistem pemerintahan di Minahasa dengan jabatan yg ditangani oleh para leluhur. Ada pula cerita tentang pergantian pemerintahan yg dulunya dipegang oleh Walian wanita dan beralih ke Tonaas pria. Beberapa suku di Minahasa mempunyai panglima perang yg dianggap sebagai raja yg diangkat oleh dewan2 tua yg dinamakan Potuosan. Ada beberapa nama leluhur wanita di Minahasa di thn 600an yg bernama Riwuatan dan Poriwuan yg berarti alat menenun pakaian, serta Raumbene yg berarti padi. Berarti di jaman itu orang2 Minahasa udah bisa membuat pakaian dan menanam padi.

Di Sulawesi Utara terdapat juga terdapat kerajaan yg bernama Bolaang Mongondow sejak thn 1320. Ada beberapa suku di Minahasa yaitu suku: Bantik, Tombulu dan Tonsea. Namun di thn 1523, pelaut asal Portugis bernama Simao d'Abreu mengunjungi wilayah Manado dan ternyata sangat tertarik dengan pemandangannya. Kesaksian Simao d'Abreu, membuat 2 negara di Eropa yaitu Spanyol dan Belanda tertarik menguasai wilayah Manado di sekitar thn 1600an. Makanya itu, karena bangsa Eropa yg duluan menguasai wilayah Manado, akhirnya kebanyakan wilayah di Sulawesi Utara dikuasai oleh agama Kristen, karena agama Islam telat datangnya. Kebanyakan orang2 Minahasa tinggal di kota Manado dan masuknya agama Kristen juga membuat agama leluhur mereka yaitu Tonaas Walian menjadi tersingkirkan. 



18. Toraja

Beberapa orang menyebutkan bahwa suku Toraja ini agak mirip dengan suku Batak, makanya sering dihubung2kan. Orang Toraja dulunya mempunyai agama sendiri yg dinamakan Aluk To Dolo dan nama sang Dewa Pencipta Alam Semesta adalah Puang Matua. Menurut sistem kepercayaan Aluk, dunia ini terbagi menjadi 3 yaitu dunia atas (surga), dunia manusia dan dunia bawah. Pada jaman dahulu kala, surga menikah dengan bumi yg akhirnya terciptalah dunia kegelapan, pemisah dan munculnya cahaya. Hewan atau binatang dulunya tinggal di dunia bawah dan manusia tinggal di bumi. Lalu ada beberapa Dewa2 yg bernama Pong Banggai di Rante yg merupakan Dewa Bumi. Namun ada Dewa Gempa Bumi yg bernama Indo' Ongon-Ongon, Dewa Kematian yg bernama Pong Lalondong, serta ada Dewi Pengobatan yg bernama Indo' Belo Tumbang. 

Aluk itu artinya cara  hidup dan To Dolo itu artinya nenek moyang (leluhur). Aluk To Dolo ini mengatur kehidupan orang2 Toraja mulai dari pertanian sampai ritual keagamaan. Menurut kepercayaan suku Toraja, ritual kehidupan dan kematian harus dipisah, karena itu akan menghancurkan jenazahnya. Ritual Ma'nene ini merupakan acara dari suku Toraja yg mengeluarkan mayat berusia 100 thnan, lalu dibersihkan dan digantikan pakaian baru. Ritual Ma'nene diyakini dapat memberikan berkah untuk sawah kita supaya cepat panen atau panen besar. Namun sejak masuknya agama Kristen, ritual kehidupan sudah jarang dilakukan, tapi yg masih dilaksanakan itu ritual kematian sampai sekarang ini. Aluk ini bersumber pada 2 ajaran utama yaitu Aluk 7777 (Sanda Pituna) dan Aluk Sanda Saratu. Aluk To Dolo ini juga mempunyai 2 upacara yg dinamakan Rambu Solo dan Rambu Tuka. Menurut ajaran Aluk, Puang Matua menciptakan makhluk diatas langit dengan tempayan yg dinamakan Saun Sibarrung yg akhirnya menciptakan 8 nenek. Di thn 1970, pemerintah memasukkan agama Aluk To Dolo ini ke agama Hindu karena ada juga pengaruh agama Hindu di dalamnya. 



19. Mandar

Di jaman sekarang ini suku Mandar banyak menganut agama Islam. Sebelum datangnya Islam, suku Mandar ini mempunyai agama atau kepercayaan sendiri yg mereka namakan Aluk Mappurondo yg dianut oleh orang2 Pitu Ulunna Salu di jaman dulu. Mappurondo ini punya asas yg dinamakan Pemali Appa Randanna yg terdiri dari 4 siklus kehidupan yg di dalamnya ada perintah dan larangan. Pemali Appa Randanna ini disimbolkan dalam 4 kalung yg menggambarkan siklus kehidupan manusia, antara lain: masa bekerja, masa gembira, masa pernikahan dan masa kematian. Upacara Mappurondo ini menjadi 2 periode yg dinamakan Patotibojongan dan Pealloan. Patotibojongan ini masyarakat harus bekerja (bercocok tanam) sampai nanti panen dan menyimpan padinya. Lalu  Pealloan ini artinya perayaan/kegembiraan masyarakat setelah selesai masa panen. 

Dalam 2 periode upacara Mappurondo ini diatur menjadi 4 jenis upacara seperti 4 kalung Pemali Appa Randanna yaitu Patotibojongan, Pa'bisuan yg merupakan upacara pengembalian semangat setelah bekerja pada masa Patotibojongan, lalu ada Pa'bannetauan yg merupakan masa pernikahan dan terakhir Patomatean yg merupakan upacara kematian serta penyimpanan jenazah. Sebenarnya banyak sekali macam2 upacara di ajaran Aluk Mappurondo antara lain: upacara mengatasi wabah penyakit, upacara menghindari bencana alam, upacara kelahiran, upacara keselamatan rumah dll. Ada juga ritual Maccera Banua yg persembahannya kepada leluhur dengan memberikan sesajen yg berisikan nasi ketan, telur ayam kampung, pisang, nanas dan lainnya. Dan upacara ini dulunya diyakini bisa mengusir segala macam penyakit yg ada di tubuh kita. 



20. Sumba

Agama asli suku Sumba yaitu memuja arwah2 para leluhur yg mereka namakan Marapu yg artinya Dimuliakan. Tuhan yg suku Sumba sembah bernama Mawulu Tau-Majii Tau. Menyebut nama Tuhan-nya di suku Sumba itu tidak boleh karena Tuhan tidak ikut campur dalam urusan duniawi. Selain itu, agama Marapu ini mempercayai makhluk2 halus yg ada beberapa nama seperti Patau Tana, Mamarungu, Maranongu, Katiku Kamawa dan Bumbu. Tokoh2 manusia yg mempunyai ilmu gaib dalam agama Marapu ini bernama Para Ratu, Tau Mapingu Pupuhi dan Na Mapingu Muru. Mereka dianggap bisa mendatangkan hujan, menyembuhkan penyakit dan mencelakakan orang. Yang dianggap ajaib oleh agama Marapu ini adalah kemaluan wanita (tempik/memek), makanya sangat tabu jika dilihat orang lain yg bukan suaminya. Selain itu air ludah dan rambut juga dianggap ajaib karena air ludah bisa digunakan untuk obat dan rambut seorang anak disimpan di kapihatu supaya hidupnya nanti terhindar dari mara-bahaya.

Binatang yg dianggap mempunyai kekuatan gaib antara lain: burung hantu, alap2 dan gagak, karena mereka bisa mendatangkan kesialan. Lalu ada juga yg lainnya seperti babi yg bisa melihat permohonan manusia, kerbau yg dianggap memberikan keburuntungan, kuda mendapatkan tempat khusus di agama Marapu karena bisa memberikan kejayaan dan kekayaan, lalu ada ayam jantan yg bisa menolak bahaya dan bunyi kokoknya mampu membangunkan arwah yg sudah meninggal dunia. Yang terakhir adalah anjing yg dianggap bisa melihat makhluk2 halus. Tumbuhan yg dianggap gaib juga ada yaitu kaktus, mangga dan lontar yg diyakini bisa menolak penyakit dan bahaya. Ada beberapa macam dalam upacara di Marapu ini yaitu upacara : keagamaan, kehamilan, kelahiran, menjelang dewasa, pernikahan dan terakhir kematian. Menurut agama Marapu ini alam gaib ini mempunyai struktur yg sama dengan alam nyata, tapi perbedaannya adalah alam gaib itu kekal, sedangkan alam nyata tidak kekal. Sebenarnya agama Marapu ini juga dipengaruhi sedikit oleh agama Hindu yg dibawakan oleh kerajaan Singosari dan Majapahit. Suku Sumba ini sekarang mayoritas beragama Kristen.



21. Sasak

Suku Sasak ini mendiami pulau Lombok dan dalam sejarahnya dulu awalnya dikuasai oleh agama Hindu-Budha yg dibawa oleh kerajaan Majapahit, namun ketika agana Islam mulai menyebar akhirnya suku Sasak berubah menjadi menganut agama Islam. Suku Sasak mempunyai agama asli yg dinamakan Wetu Telu yg juga terdapat pengaruh dan pencampuran dari ajaran Hindu dan Islam di dalamnya. Wetu Telu memiliki banyak makna yaitu yg mengartikan reproduksi makhluk hidup seperti beranak, bertelur dan berbiji. Lalu ada makna lain yaitu tiga masa perkembangan yg dilewati manusia seperti lahir, hidup dan mati. Tapi menurut Islam, Wetu Telu itu berarti 3 sumber hukum dalam Islam. Ada 3 aspek keyakinan Wetu Telu yaitu Air, Angin dan Tanah yg menjadi dasar makhluk hidup tumbuh di bumi. Serta ada 3 unsur lain di Wetu Telu yaitu mengayomi, menuntun dan membina manusia. Asal-usul yg harus dipahami dalam kehidupan manusia di dalam ajaran Wetu Telu adalah Jati Diri, Aji Diri, Lihat Diri dan Sembah Diri. 

Di dalam Wetu Telu ada 5 fase yg harus dilewati manusia yaitu alam roh, janin, dunia, alam kubur dan akherat. Selain itu Wetu Telu mempunyai filosofi yaitu hubungan Tuhan dengan manusia, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam. Adat perkawinan di agama Wetu Telu yg asli ini sebenarnya sudah diperbolehkan bersenggama (seks) tanpa akad nikah, asalkan mereka berdua sudah menjalankan proses lainnya seperti tobat kakas. Namun seiring banyaknya agama Islam di pulau Lombok, membuat adat atau tradisi keagamaan di Wetu Telu ini mengalami banyak perubahan dengan mengikuti aturan2 di agama Islam. Seperti yg kita ketahui bahwa agama Islam itu diciptakan oleh orang Arab dan ga mungkin bisa menjadi agama asli di pulau Lombok?. Wetu Telu bisa dikatakan salah satu kepercayaan leluhur yg sudah tidak asli/murni lagi karena ajaran2nya sudah dimasuki oleh ajaran Islam. Meskipun mayoritas suku Sasak beragama Islam, tapi banyak juga mereka yg tidak melaksanakan secara penuh ajaran2 agama Islam, kecuali para kyai dan guru. 


Sebenarnya masih banyak lagi agama2 atau aliran kepercayaan di Indonesia ini yg tidak terekspos dan komunitasnya mungkin bisa dikatakan tidak begitu banyak. Seperti agama Arat Sabulungan yg dianut oleh orang2 Mentawai (Sumatera) sejak jaman dahulu kala. Agama Arat Sabulungan ini menyembah Ulau Manua sebagai Tuhan dan agama tsb meyakini bahwa daun2 ini bisa menghubungkan antara manusia dengan Tuhan. Selain itu mereka juga meyakini roh leluhur yg dianggap mempunyai kesaktian yg mereka namakan Ketsat. Selain itu juga meyakini bahwa roh itu ada di semua objek yg ada di alam semesta ini, baik di darat, udara maupun laut. Dan roh2 inilah yg menciptakan manusia dan hewan dan menganggap dunia ini bukan milik manusia saja. Ajaran Adat Musi meyakini bahwa Bawangin Panahal menerima wahyu dari Tuhan lewat perantaranya yg bernama Onto'a Ruata. Adat Musi ini terdapat di daerah Talaud (Sulawesi Utara). Suku Sabu di NTT ini mempunyai agama yg dinamakan Jingi Tiu dan mempercayai beberapa macam roh seperti Rai Balla yg menjaga bumi, Dahi Balla yg menjaga laut dan Riru Balla yg menjaga langit. Yang menjadi perdebatan itu suku Melayu yg ada di pulau Sumatera dan Kalimantan yg dianggap sama dengan orang Malaysia. Sebelum masuknya agama Hindu dan Islam, suku Melayu dulunya mempercayai roh yg memberikan pengaruh dalam kehidupan manusia. Ada yg dipercaya mempunyai kekuatan gaib yg bernama Main Puteri dan Main Dewa. Ada upacara untuk orang mati supaya diberi perlindungan di alam sana. Ada beberapa yg dikeramatkan oleh suku Melayu pada jaman dahulu kala, antara lain: batu, lereng gunung, pulau, pantai, harimau, buaya putih dsb. 



0 comments: